Laman

Kamis, 22 Mei 2014

ceting

Menjual Hasil Kerajinan Menjelang Musim Rendeng

Jauh sebelum musim rendeng tiba, sejumlah pemuda dan orang tua warga Desa Gadingan dan Desa Mekargading Kecamatan Sliyeg banyak yang ekspansi ke luar daerah. Dengan menggunakan sepeda, mereka aktif mencari rejeki dengan menjual hasil kerajinan masyarakat di desanya sendiri. Barang hasil kerajinan buatan warga Desa Mekargading dan Desa Gadingan seperti cotom, ceting, dan cangkingan terbuat dari anyaman bambu. Ciri khas anyaman bambu sebagai warisan budaya turun-temurun itu bercat warna hijau dan dihiasi ornamen gambar bunga. Sementara hasil anyaman bambu buatan daerah lain polos tanpa hiasan. Masyarakat di perkampungan di tatar pantura, seperti Kabupaten Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon, Majalengka, dan Kuningan, amat menyenangi hasil anyaman buatan Desa Mekargading dan Desa Gadingan itu. Senangnya karena memiliki ciri khas berwarna dan berornamen serta bertahan lama dibanding buatan daerah lainnya.

“Dalam sehari bisa laku antara 30 s.d. 100 buah bahan kerajinan. Alhamdulillah!” kata Taryama (56 tahun) salah seorang penjual hasil kerajinan anyaman asal Desa Mekargading yang mencari usaha di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang. Jenis barang kerajinan yang dijual seperti cotom dengan harga jual antara Rp 20 ribu s.d. Rp 30 ribu. Cangkingan antara Rp 30 ribu s.d. Rp 40 ribu dan ceting antara Rp 35 ribu s.d. Rp 50 ribu. Sementara modal yang dibeli dari perajin antara Rp 10 s.d Rp 20 ribu. “Jika laku sampai 50 buah, alhamdulillah, pulang bisa mengais rejeki banyak, setelah dikurangi biaya kebutuhan hidup selama berada di perantauan,” kata Rasidi (45 tahun), temannya Taryama.

Para pemuda dan orang tua memilih menjual hasil kerajinan anyaman buatan Desa Mekargading dan Desa Gadingan itu karena banyak konsumen dari luar daerah yang membutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari terutama bagi para petani yang bekerja di pesawahan. Sementara untuk mengisi agen di setiap pasar tradisional di Kabupaten Indramayu sudah diisi oleh pengusaha pribumi. Meski sudah banyak saingan industri modern, kerajinan anyaman bambu masih tetap ditekuni sejumlah warga Desa Gadingan dan Desa Mekargading. Tanpa mengenal lelah ibu-ibu, pemuda dan bapak-bapak setiap hari rajin menganyam. Kemudian dilanjutkan dengan finishing pengecatan.

Setelah jadi disimpan di gudang. “Sebetulnya bekerja membuat kerajinan anyaman bambu tak seberapa hasilnya. Hanya daripada nganggur dan sambil mengisi waktu luang ya kami kerjakan. Lumayan,” kata Ny. Sutiah (43 tahun) warga Desa Mekargading. Ketika ditemuai bersama kedua putrinya mereka aktif menganyam membuat cotom. Disamping mengisi waktu luang, bagi para perajin di dua desa di Kecamatan Sliyeg ini bertekad bulat ikut serta melestarikan budaya warisan leluhurnya. Konon sejak jaman nenek moyang kerajinan anyaman bambu sudah dibudayakan sampai sekarang. • undang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar