Laman

Kamis, 22 Mei 2014

buah maja menjadi barang kerajinan unik

Menyulap buah maja menjadi barang kerajinan unik


Telah dibaca sebanyak 4556 kali
Menyulap buah maja menjadi barang kerajinan unik
Di tangan yang kreatif, buah maja yang selama ini dianggap sebagai limbah, bisa diolah menjadi aneka kerajinan. Perajin membuat buah berbentuk bulat ini menjadi teko, gayung, kap lampu, pot bunga dan lainnya. Karena pemainnya belum banyak, omzetnya lumayan. Satu pengusaha bisa mengantongi omzet Rp 800.000 dalam sehari.

Bagi sebagian orang, nama buah maja mungkin masih terdengar asing. Buah berbentuk bulat besar, mirip jeruk bali ini, konon berasal dari Kerajaan Majapahit. Sebagian penduduk Jawa Barat pun menyebut buah ini sebagai buah berenuk.

Lantaran bentuknya juga menyerupai batok kelapa, buah ini banyak digunakan sebagai bahan kerajinan. Donny Anugerah, misalnya. Sejak tiga tahun lalu, pemilik sanggar berenuk asal Subang, Jawa Barat ini, sejak tiga tahun lalu memproduksi produk-produk kerajinan berbahan baku buah maja.

Menurut Donny, buah maja sebenarnya adalah limbah karena isi buahnya tak enak dimakan. Awalnya, ia pun hanya membuat teko poci. Karena banyak orang tertarik, ia pun mengembangkan produksinya, seperti gayung, kap lampu, pot bunga dan lampion.

Peluang ini ditangkap pula oleh Dede Sulaiman. Lelaki asal Bogor ini awalnya melihat banyaknya buah maja yang dibuang begitu saja karena dianggap limbah oleh masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Dengan bantuan empat karyawan, saban bulan Dede bisa menjual 70 kerajinan buah maja, seperti lampu duduk, tas, asbak dan lainnya.

Harga kerajinan buah maja bervariasi. Donny menjual mulai dari harga Rp 15.000 untuk barang seperti gayung. Sementara, teko atau poci buah maja dijual dengan harga Rp 100.000.
Sementara, Dede menawarkan harga mulai Rp 40.000 hingga Rp 150.000. Ia lebih membidik pasar mahasiswa karena mereka lebih menyukai barang kerajinan.

Donny mengatakan, dalam sehari ia bisa mengantongi omzet hingga Rp 800.000. Alhasil, pendapatan kotornya setiap bulan bisa mencapai Rp 24 juta.

Namun, pasar produk kreasi Donny masih terbatas di Subang dan Bandung. Ia berharap, dalam waktu dekat bisa mengembangkan produk dan penjualannya hingga tembus pasar ekspor.

Namun, yang perlu dipertimbangkan, bahan baku ini kian sulit didapatkan. "Karena warga kampung sudah menganggapnya limbah, mereka tak mau menanam," ujar Dede.

Padahal, untuk membuat berbagai produk buah maja ini cukup mudah. Buah maja tinggal dipetik, lalu dikeluarkan isinya dan dijemur. Setelah kering, baru perajin melubangi buah maja dan mengombinasikannya dengan tali yang terbuat dari anyaman pelepah pisang.

Kerajinan buah maja ini pun masih bisa dipercantik dengan pemberian cat. Namun, kebanyakan pembeli memilih produk dengan pewarnaan alami.

Untuk proses produksi, Dede hanya terlibat sebatas pencarian bahan, pengeringan dan pembuatan lubang kecil untuk pegangan. Selebihnya, ia menyerahkan penyelesaian pada rekan-rekannya yang memang memiliki ketrampilan untuk menghias.

Selain pasokan buah maja yang tak menentu, kendala lain dalam produksi kerajinan ini adalah ketersediaan peralatan produksi. Pasalnya, hampir secara keseluruhan produksinya dilakukan secara manual.

Cuaca yang tak menentu, seperti musim hujan yang datang tak menentu juga berpengaruh pada proses produksi. Maklum, proses pengeringan sangat tergantung pada sinar matahari. "Kalau dijemur secara langsung di bawah sinar matahari, warna yang keluar menjadi lebih alami dan lebih bagus," terang Donny.
Namun, ia menggunakan alternatif pengeringan lewat oven bila hujan terus turun. Tapi, setelah itu, buah maja harus diamplas, dipelitur dan dilapis dengan vernis.

Meski masih banyak kendala, Dede optimistis prospek usaha ini cerah. Apa lagi persaingan di bisnis ini belum ketat, karena perajin yang memilih buah maja sebagai bahan baku masih sedikit. Selain itu, produk dari buah maja sangat fungsional dan awet. Donny mengklaim, produk ini lebih awet dari batok kelapa

Kota Perak


perak, kotagede
Seperti tidak habisnya membicarakan kotagede, dengan begitu banyak lokasi yang dapat dikunjungi dan banyak sesuatu yang kita dapatkan saat mengunjungi. Kotagede sebagai bekas pusat kerajaan besar yakni mataram Islam yang masih terawat dengan baik dan sebagai cikal bakal Keraton kasultanan Yogyakarta dan juga Kasunanan Surakarta. Masih banyak kerajinan perakpeninggalan peninggalan yang dapat kita saksikan di sekitar Kotagede ini, kemudian dari segi kuliner beberapa makanan khas juga banyak ditemukan dan digemari banyak hanya untuk dinikmati ataupun sebagai makanan oleh oleh.
Sebagai oleh oleh yang berujud barang sebagai kenang-kenangan di Kotagede ini yang sangat terkenal adalah kerajinan perak dan Kotegede hingga saat inipun masih menyandang julukan kota perak. Di kotagede ini banyak sekali pengrajin perak disamping beberapa toko yang sudah besar sebut saja Tom silver ataupun HS silver dan lain sebaginya. Disinipun kita bisa langsung melihat pengerjaan kerajinan tersebut. Berbagai bentuk cinderamata dibuat di tempat ini dari mulai cincin, liontin, subang, barang barang souvenir perak, kotagedeberbagai bentuk.
Banyaknya pengrajin perak di Kotagede ini tidak terlepas karena dahulunya merupakan memenuhi kebutuhan perhiasan dan perlengkapan lainnya untuk Sultan, keluarga kerajaan serta kerajaan itu sendiri. Ketrampilan mereka didapat secara turun menurun karena keberadaan mereka dari dahulu memang menyandarkan kehidupannya kepada hasil kerajinan perak tersebut.
Yang unik dan menarik untuk disimak di beberapa pengrajin perak tersebut kerajinan perakyakni pengerjaannya murni hand made artinya dikerjakan semua secara manual. Sehingga kerajinan yang di hasilkan pun merupakan hasil seni yang tinggi, dengan kertrampilan tangan yang tinggi pada setiap tahapannya dari bahan lempengan perak yang ditempa kemudian dibentuk secara pewrlahan dan dikerjakan secara cermat dan teliti agar menghasilkan barang yang benar benar elok dan indah.
Secara harga kerajinan perak yang ditawarkan sedikit lebih mahal, Namun bagi pecinta perak hal tersebut tidak menjadi sebanding jika melihat keindahan hasil karya para pengrajin di Kotagede ini. Secara disain kebanyakan memang sudah dibuat oleh toko ataupun pengrajin, namun jika anda menghendaki khus tetap dilayani tapi tentu saja harga akan lebih mahal dari harga barang yang sudah perak, kotagedejadi.
Untuk mendapatkan barang barang kerajinan perak tersebut sangat mudah dijumpai karena sudah banyak yang membuka toko disepanjang jalan didalam Kotagede ini. Dan sarana angkutan umum pun sudah mendukung dan melewati beberapa lokasi penjualan kerajinan perak tersebut.

Meubel Ukir Jati "Sinar Jepara" Subang

Meubel Ukir Jati "Sinar Jepara" Subang

Tandai sebagai
Furniture Tanggal diterbitkan: 22/07/2013 Tanggal dimodifikasi: 22/07/2013
  • Negara: Indonesia
  • Regional: Jawa Barat
  • Kota: Subang
  • Kota area: Subang
  • Alamat: Jalan. S. Parman Depan Tunggu Benteng Pancasila Alun-alun Subang
Menyediakan berbagai jenis meubel ukir jati, seperti : Kursi Tamu, Kursi Makan, Kursi Teras, Sofa, Wastafel, Bupet, Lemari Pakaian, Meja Oshin, Kaca Rias, Dipan, Kerajinan Kaligrafi Ukir dan Kerajinan ukir jati lainnya.
Semua barang asli finishing Jepara.
Dengan harga yang sangat variatif dan terjangkau.

Kerajinan Perak Di Desa Celuk



Kerajinan Perak Di Desa Celuk Kajian Aspek Disain Dan Inovasinya



Oleh: Drs. I Nyoman Ngidep Wiyasa, M.Si., Jurusan FSRD, DIPA 2008
Abstrak penelitian
Dari uraian tentang “Kerajinan Perak di Desa Celuk : kajian Aspek Disain dan Inovasinya” ,dapat diuraiakan sebagai berikut : kerajinan perak yang ada di Desa Celuk telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan. Kerajinan perak Desa Celuk sebagimana halnya kerajinan perak Bali pada awalnya membuat barang-barang untuk keperluan  upacara keagamaan dan sosial antara lain seperti : bokor, dulang, canting, sangku, penastaan, dan sibuh, yang bersifat sakral religius, dan untuk kepentingan sosial seperti : badong, gelang, cincin, subang dan sebagainya.
Sejalan dengan semakin berkembangnya kepariwisataan Bali, meningkat pula kebutuhan akan barang-barang seni seperti lukisan, kerajinan kayu termasuk juga kerajinan yang terbuat dari perak, secara tidak langsung memberikan dampak yang cukup baik dikalangan seniman dan perajin, khususnya perajin perak yang ada di Desa Celuk.
Kondisi ini dimanfaatkan oleh perajin perak Desa Celuk, mulai menghasilkan produk kerajinan perak dengan disain yang bersifat praktis, estetis, profan, sosial ekonomis, yang bisa memenuhi kebutuhan konsumen tidak hanya lokal Bali, akan tetapi mancanegara (pasar global). Pengaruh pariwisata menjadikan perkembangan bentuk kerajinan perak Desa Celuk, cukup beragam seperti : gelang,kalung, cincin, anting, bross, liontin, asesoris, dan peralatan rumah tangga dengan rancangan/disain yang kreatif.
Para perajin Dsa Celuk dalam membuat disain menerapkan motif hias geometris, tumbuh-tumbuhan (flora), dan makhlukj hidup, yang bernuansa lokal Bali. Motif-motif tersebut tetap dijadikan acuan, akan tetapi sudah diolah dan dielaborasikan dengan unsur-unsur seni modern sebagai pengaruh asing, sehingga terwujud kerajinan perak Bali yang lebih kreatif dan inovatif yang tetap beridentitaskan Bali, sehingga bisa bersaing di paar global. Kemudian bila dikaitkan dengan fungsi kerajinan perak Desa Celuk telah mengalami pergeseran fungsi dari sakral ke profan, yakni fungsi praktis, estetis, sosial, dan ekonomis, yang mampu mensejahterakan masyarakat Desa Celuk, deminkian pula makna yang terkandung di dalamnya.
Untuk Memberikan komentar gunakan Fasilitas Forum > Berita. Fasilitas ini dapat diakses melalui alamat: http://forum.isi-dps.ac.id

batik

Kabupaten Subang terletak di jalur pantura dan termasuk salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Subang tergolong sebagai daerah penghasil batik yang baru. Sejak dikukuhkan menjadi warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 lalu, batik Indonesia mengalami perkembangan cukup signifikan. Setiap daerah di Indonesia berlomba-lomba mempromosikan motif batik khas daerahnya, demikian pula daerah yang tidak memiliki budaya membatik, kini mulai merintis mengembangkan batik dengan motif yang menggambarkan ciri khas daerahnya masing-masing, termasuk daerah Subang.
Batik Ganasan
Batik Ganasan
Sumber: http://balareabatikjabar.org
Batik Subang kini masih dalam proses pengembangan mulai dari pengembangan motif dan pengembangan teknik pewarnaan. Salah satu motif khas dari Batik Subang adalah batik bermotif nanas atau yang disebut dengan Batik Ganasan. Salah satu pelopor pengembangan batik di Subang adalah Arves Batik yang berlokasi di daerah Cinangsi, Kecamatan Cibogo. Industri batik rumahan tersebut mulai dirintis sejak sekitar tahun 2009 silam. Disini, batik benar-benar diproduksi dari tahap awal menggambar hingga tahap akhir pemberian warna sampai pelorodan. Pengrajin batik yang lainnya di Subang, hanya membuat gambar motif kemudian memproduksi batiknya di luar Subang.
Batik Ganasan
Batik Ganasan
Sumber: http://balareabatikjabar.org
Motif batik yang diproduksi menggambarkan ciri khas wilayah Subang, diantaranya motif batik ganasan yang terinspirasi corak buah nanas yang merupakan buah khas Subang. Motif Ganasan bisa berupa corak kulit nanas, bentuk buah nanas ataupun bentuk daun nanas. Adapula motif sisingaan, daun teh, kupu dan lain-lain yang menggambarkan flora, fauna dan kekayaaan budaya yang menjadi ciri khas wilayah Subang.
Batik Ganasan
Batik Ganasan
Sumber: http://www.kotasubang.com
Batik Ganasan
Batik Ganasan
Sumber: http://balareabatikjabar.org
Keseriusan warga masyarakat dalam menjaga dan melestarikan Batik Subang terlihat pada penyelenggaraan Lomba Disain Batik Khas Subang tahun 2012. Kegiatan lomba ini diselenggarakan oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabpaten Subang dengan mengambil tema "Menggali Inspirasi Motif Batik Khas Subang" yang bekerja sama dengan instansi atau lembaga setempat. Dekranasda Jawa Barat sangat mengapresiasi upaya PHRI Subang yang berupaya memelihara batik bersama generasi muda. Diharapkan melalui kegiatan ini dapat menjadi pemicu dan menggali kreativitas dan inovasi tradisi batik yang sudah berakar dan memiliki sejarah panjang di daerah Jawa Barat. Kabupaten subang yang masih merintis aktivitas membatik perlu mendapatkan pendampingan. Sehingga tidak bisa disamakan dengan daerah lain yang telah memiliki ciri khas seperti Garut dan Cirebon. Pendampingan yang dilakukan melalui berbagai program dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat diantaranya melalui program dari dinas pendidikan untuk melakukan regenerasi aktifitas membatik dari kalangan pelajar. Hal ini merupakan cara-cara efektif untuk melakukan regenerasi. Mengingat selama ini asosiasi aktivitas membatik hanya dilakukan oleh para sepuh (orang yang sudah tua).

Proses Membatik Batik Subang
Proses Membatik Batik Subang
Sumber: http://www.reportersubang.com
Batik Ganasan
Batik Ganasan
Sumber: http://www.kotasubang.com
Seoga bermanfaat.
Tags: jual kain, jual kain batik, jual batik, jual kain batik murah, toko kain, toko kain batik, toko batik, toko batik online, toko kain batik online, beli kain, beli kain batik, beli batik, batik indonesia, belanja batik, belanja batik online, motif batik, harga batik

TIKAR MENDONG PRODUK DESA JATI SUBANG

TIKAR MENDONG PRODUK DESA JATI SUBANG DIPASARKAN SAMPAI PANTURA

Subang, 2/3/2011 (Kominfo-Newsroom) Mendong adalah sejenis pandan laut atau rumput berumpun tinggi dan termasuk suku Cyperaceae atau teki-tekian yang hidup di daratan, merupakan kerabat terdekat padi-padian (poaceae). Mungkin bagi sebagian orang mendong tidak memiliki arti apa-apa.

Namun tidak demikian bagi warga masyarakat di Kampung Salagedang, Desa Jati, Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang. Mendong tersebut disulap menjadi aneka kerajinan tenun yang bernilai jual tinggi. Salah satu diantaranya, diolah menjadi kerajinan tikar.
Bahkan kerajinan tikar mendong produksi Desa Jati kini telah dikenal luas di daerah-daerah Purwakarta, Karawang, Bekasi sampai ke daerah Pantura Cirebon.
Saat ini kerajinan mendong tersebut sudah merupakan kerajinan andalan Desa Jati Kecamatan Cipunagara yang berjarak kurang lebih 25 km dari kota Subang ke arah utara. Adapun proses produksinya dilakukan melalui 2 cara, yaitu cara manual dengan menggunakan tangan dan proses produksi dengan alat tanun.
Menurut Dakim, salah seorang pengusaha kerajinan tenun tikar dari Kampung Salagedang Desa Jati, usaha kerajinan tenun di desa tersebut sudah berdiri sejak tahun 1970-an.
“Awal mula usaha ini, terjadi pada saat H. Acu, seorang pendatang dari daerah Tasikmalaya yang membawa bibit bahan tikar (mendong), kemudian ditanam di daerah Rancabogo untuk dibudidayakan,” katanya, belum lama ini.
Pengolahan mendong, tidaklah terlalu sulit. Pertama-tama mendong yang masih berwarna hijau dan mengandung banyak air dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar airnya berkurang. Jika warnanya sudah berubah kecokelatan, mendong pun siap ditenun. dan warnanya berubah kecokelatan.
Melalui modal awal sebesar Rp10 juta, kini Dakim dari hasil usaha kerajinan tikar mendong tersebut, telah mampu menghidupi 15 pegawainya dan memperoleh pendapatan kotor/bulan sebesar Rp5 juta. “Lumayan lah, untuk mengisi waktu luang sambil menunggu panen padi,” katanya menjelaskan besaran pendapatan yang diperolehnya.
Adapun mengenai pemasarannya, selain kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Subang, juga wilayah di luar Kabupaten Subang, seperti ke daerah Purwakarta, Karawang, Bekasi bahkan sampai ke daerah Pantura Cirebon.
“Mereka (konsumen-red) banyak yang datang langsung kesini untuk memesan tikar sekaligus motif dan ukuran yang dikehendakinya,” kata Dakim.
Sedangkan harga satu helai tikar buatannya dibandrol sekitar Rp6.000 sampai Rp50.000, dilihat dari ukuran dan motif yang digunakan. Semakin sederhana motif tikar maka semakin murah harganya.
Sedangkan macam dan motif tikar yang dihasilkan Dakim, yaitu Tilam Sejadah, Tikar Sebelah, Tikar Dobel, Tikar Sompet, Bulan-bulan, Pasung dan Baki-baki. (MC Subang/helmi/toeb)

http://www.bipnewsroom.info/

kayu lame

 
Di antara beragam jenis lamo, yang tergolong populer adalah pulai putih atau orang Sunda bilang lame bodas  dan pulai hitam atau lame hideung. Ada yang menamakan pulai hitam sebagai pulai darat. Yang jelas tidak ada hubungannya dengan buaya darat hohoho...


Perbedaan yang mencolok di antara keduanya ada pada warna batang pohonnya. Kulit batang Pulai putih, sesuai namanya cenderung putih, broken white kali ya…heheheh...  Sedangkan pulai hitam ya agak gosong. Bentuk daun dari pulai putih lebih bulat menyerupai kamboja dibandingkan pulai hitam yang lebih memanjang.
Dari keduanya bisa dimanfaatkan sebagai tanaman obat, meski pulai putih lebih populer dalam hal ini.
kualitas kayunya tidak terlalu keras dan kurang disukai untuk bahan bangunan karena kayunya mudah melengkung jika lembab, tapi banyak digunakan untuk membuat perkakas rumah tangga dari kayu dan ukiran serta patung. Pohon ini banyak digunakan untuk penghijauan karena daunnya hijau mengkilat, rimbun dan melebar ke samping sehingga memberikan kesejukan. Kulitnya digunakan untuk bahan baku obat. berkhasiat untuk mengobati penyakit radang tenggorokan dan lain-lain. 

Di tempat mamang Subang Jawa Barat kayu lame sering digunakan untuk pembuatan wayang golek dan kerajinan - kerajinan lainnya



ceting

Menjual Hasil Kerajinan Menjelang Musim Rendeng

Jauh sebelum musim rendeng tiba, sejumlah pemuda dan orang tua warga Desa Gadingan dan Desa Mekargading Kecamatan Sliyeg banyak yang ekspansi ke luar daerah. Dengan menggunakan sepeda, mereka aktif mencari rejeki dengan menjual hasil kerajinan masyarakat di desanya sendiri. Barang hasil kerajinan buatan warga Desa Mekargading dan Desa Gadingan seperti cotom, ceting, dan cangkingan terbuat dari anyaman bambu. Ciri khas anyaman bambu sebagai warisan budaya turun-temurun itu bercat warna hijau dan dihiasi ornamen gambar bunga. Sementara hasil anyaman bambu buatan daerah lain polos tanpa hiasan. Masyarakat di perkampungan di tatar pantura, seperti Kabupaten Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon, Majalengka, dan Kuningan, amat menyenangi hasil anyaman buatan Desa Mekargading dan Desa Gadingan itu. Senangnya karena memiliki ciri khas berwarna dan berornamen serta bertahan lama dibanding buatan daerah lainnya.

“Dalam sehari bisa laku antara 30 s.d. 100 buah bahan kerajinan. Alhamdulillah!” kata Taryama (56 tahun) salah seorang penjual hasil kerajinan anyaman asal Desa Mekargading yang mencari usaha di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang. Jenis barang kerajinan yang dijual seperti cotom dengan harga jual antara Rp 20 ribu s.d. Rp 30 ribu. Cangkingan antara Rp 30 ribu s.d. Rp 40 ribu dan ceting antara Rp 35 ribu s.d. Rp 50 ribu. Sementara modal yang dibeli dari perajin antara Rp 10 s.d Rp 20 ribu. “Jika laku sampai 50 buah, alhamdulillah, pulang bisa mengais rejeki banyak, setelah dikurangi biaya kebutuhan hidup selama berada di perantauan,” kata Rasidi (45 tahun), temannya Taryama.

Para pemuda dan orang tua memilih menjual hasil kerajinan anyaman buatan Desa Mekargading dan Desa Gadingan itu karena banyak konsumen dari luar daerah yang membutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari terutama bagi para petani yang bekerja di pesawahan. Sementara untuk mengisi agen di setiap pasar tradisional di Kabupaten Indramayu sudah diisi oleh pengusaha pribumi. Meski sudah banyak saingan industri modern, kerajinan anyaman bambu masih tetap ditekuni sejumlah warga Desa Gadingan dan Desa Mekargading. Tanpa mengenal lelah ibu-ibu, pemuda dan bapak-bapak setiap hari rajin menganyam. Kemudian dilanjutkan dengan finishing pengecatan.

Setelah jadi disimpan di gudang. “Sebetulnya bekerja membuat kerajinan anyaman bambu tak seberapa hasilnya. Hanya daripada nganggur dan sambil mengisi waktu luang ya kami kerjakan. Lumayan,” kata Ny. Sutiah (43 tahun) warga Desa Mekargading. Ketika ditemuai bersama kedua putrinya mereka aktif menganyam membuat cotom. Disamping mengisi waktu luang, bagi para perajin di dua desa di Kecamatan Sliyeg ini bertekad bulat ikut serta melestarikan budaya warisan leluhurnya. Konon sejak jaman nenek moyang kerajinan anyaman bambu sudah dibudayakan sampai sekarang. • undang

Ukiran kayu khas subang menggunakan solder.

Ukiran kayu khas subang menggunakan solder.


Ukiran kayu khas subang menggunakan solder

 Adapun jenis komoditi ukiran kayunya diantaranya seperti miniatur bebek, kura – kura, macan,
sisingaan, golek, dan masih banyak jenis miniatur binatang lainnya sesuai dengan jenis pesanan dari pelanggan.

Ukiran Kayu yang berada di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden ini menggunakan kayu lame sebagai bahan bakunya, dimana keunggulan kayu lame ini mempunyai tekstur permukaan yang lembut, pori-pori relatif kecil, mudah dibentuk yang mempunyai ciri khasnya dimana pemberian motif pada produk kerajinan ukiran kayunya yaitu dengan menggunakan bantuan Solder atau biasa disebut dengan sistem krek. 

Adapun metode pemberian motif dengan system krek ini yaitu dengan cara memanaskan jarum solder kemudian digores-goreskan keatas permukaan ukiran kayu baik yang telah diberi motif, maupun yang langsung dibentuk motifnya dengan menggunakan solder tersebut. Pemberian motif ini dilakukan untuk memberi efek bulu yang alami pada produk – produk Ukiran Kayu dengan jenis miniatur binatang yang berbulu

Selain di Pagaden Salah satu sentra kerajinan kayu dengan seni tergolong unik terdapat di Kampung Bojong Lowa, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Disini para pengrajin pembentuk kayu menjadi berbagai miniatur binatang seperti jerapah, bebek serta badak bercula satu. 

Terimakasih sobat sudah membaca tentang Ukiran kayu khas subang menggunakan solder

 semoga bermanfaat

Sumber: www.indosiar.com
             news.liputan6.com

sentra ukiran kayu kabupaten subang


Sentra Ukiran Kayu
Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang merupakan salah satu sentra ukiran kayu yang ada di Kabupaten Subang dimana usaha produksi Ukiran Kayu dengan jenis komoditi miniatur binatang ini merupakan usaha turun temurun. Adapun jenis komoditi ukiran kayunya diantaranya seperti miniatur bebek, kura – kura, macan, sisingaan, golek, dan masih banyak jenis miniatur binatang lainnya sesuai dengan jenis pesanan dari buyer.
Ukiran Kayu Kabupaten Subang khususnya yang berada di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden ini menggunakan kayu lame sebagai bahan bakunya, dimana keunggulan kayu lame ini mempunyai tekstur permukaan yang lembut, pori-pori relatif kecil, mudah dibentuk, mempunyai daya tahan yang tinggi sehingga sangat sesuai dengan cara pemberian motif untuk produk ukirak kayu Kabupaten Subang khususnya  Kampung Saradan Desa Sukamulya yang mempunyai cirri khas ini, dimana pemberian motif pada produk kerajinan ukiran kayunya yaitu dengan menggunakan bantuan Solder atau biasa disebut dengan sistem krek, sehingga terlihat lebih alami dan berbeda dengan produk IKM Ukiran Kayu luar Subang.
Adapun metode pemberian motif dengan system krek ini yaitu dengan cara memanaskan jarum solder kemudian digores-goreskan keatas permukaan ukiran kayu baik yang telah diberi motif, maupun yang langsung dibentuk motifnya dengan menggunakan solder tersebut. Pemberian motif ini dilakukan untuk memberi efek bulu yang alami pada produk – produk Ukiran Kayu dengan jenis miniatur binatang yang berbulu.